Sunday, February 19, 2012

"Membaca Kampar"



Judul: 'Membaca Kampar; Perspektif Budaya, Politik dan Hukum"
Penulis: Masnur Marzuki dan Helryon Astika
Penerbit: Rangkang Press Yogyakarta
Tahun Terbit: Agustus, 2011

BERIKUT PETIKAN KATA PENGANTAR BUKU: "MEMBACA KAMPAR; Perspektif Budaya, Politik dan Hukum"

"Di awal Agustus 2011, sahabat saya Masnur Marzuki menghubungi saya via layanan short message service (SMS) tentang rencananya menerbitkan buku ini. Saat itu saya sedang mengajar di School of Law, Singapore Management University, Singapura. Tentu saja saya menyambut gembira rencana tersebut. Kegembiraan saya semakin mendalam tatkala saya diminta untuk memberikan kata pengantar untuk buku yang ditulis sahabat saya ini.

Ada dua pendapat yang sering dijadikan sandaran meskipun satu sama lain bertentangan tajam ketika menyangkut penilaian mengenai karya dan pribadi seseorang. Satu pendapat mengatakan bahwa mengenal latar belakang kehidupan dan bila perlu pengenalan secara pribadi, mengetahui lika-liku kehidupan pribadi seseorang menjadi condito sine qua non bilamana seseorang berusaha memahami pribadi seorang lainnya. Dengan kata lain seseorag harus paham betul dan mengenal pribadinya dari dekat sehingga dapat memberikan penilain detail dan mendalam terhadap karya yang dihasilkannya.

Di sisi lain, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa untuk memberikan penilaian atas karya seseorang tidak diperlukan pengenalan atas pribadinya, namun karya nyata yang dihasilkannya menjadi tumpuan utama sebab dengan mengenali karyanya maka potret pribadinya akan muncul dengan sendirinya sebagai satu jelmaan yang utuh.

Dengan dasar dua pendapat di atas, saya dengan penuh percaya diri dapat memberikan penilaian subjektif terhadap apa yang ditulis Masnur karena di satu sisi saya mengenali pribadinya dan di sisi lain juga kerap membaca hasil-hasil karya tulisannya sejak Masnur kuliah di the Melbourne Law School, the University of Melbourne, Australia. Kedekatan personal kami dimulai ketika saya menjadi tutor untuk mata kuliah Fundamental of Common Law di kampus tempat Masnur menyelesaikan studi Master-nya. Sepulangnya ke Indonesia, hubungan pertemanan kami terus berlanjut meskipun kemudian saya menetap di Singapura. Namun saya sering melancong ke Yogyakarta, kota di mana kawan saya ini menetap. Berkat dia pula hingga kini saya dipercaya menjadi Visiting Professor di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), kampus tempat Masnur Marzuki sehari-hari mengajar.

Setahu saya, sosok Masnur termasuk dalam kalangan anak muda Indonesia yang sangat menyadari bahwa pemahaman filsafat adalah akar dari segala cabang ilmu, baik itu sosial, politik dan hukum. Tulisannya tidak pernah luput untuk selalu menjadikan filsafat sebagai salah satu sandaran argumentasi karya-karya yang dia tulis. Suatu kali bahkan saya pernah diam-diam masuk ke kelasnya ketika Masnur sedang asyik memberi kuliah di program Internasiol Fakultas Hukum UII. Pandangan-pandangan filsafatnya membuat saya kagum kepada sosok anak muda ini.

Profesinya sebagai dosen menuntut dia mengembangkan jaringan tidak hanya dalam lingkup nasional namun juga Internasional. Secara pribadi saya pula yang menyarankan Masnur untuk mengambil Studi Doktor di luar Australia. Akhirnya dia memilih Jerman, negara yang menjadi asal-usul nenek moyang saya. Dan Masnur beruntung sebab sebuah lembaga Jerman (Hanns Siedel Foundation) telah bersedia membiayai penuh studi Doktoralnya di bidang Hukum Tata Negara pada salah satu Universitas di Jerman.

Kali ini Masnur menulis tentang tanah kelahirannya, Kampar. Daerah yang sama sekali belum pernah saya kunjungi. Saya memang pernah berencana berkunjung ke Bangkinang, ibukota Kampar, ketika Masnur melangsungkan pesta pernikahannya di pertengahan 2010. Namun akibat satu dan lain hal, rencana tersebut belum dapat terealisasi. Alhasil, Kampar hanya saya dengar dari cerita-cerita yang kerap disampaikannya kepada saya. Kami pun sering berdiskusi tentang banyak hal termasuk pemikiran-pemikiran Masnur tentang tanah kelahirannya.

Bagi saya, buku ini merupakan karya tulis yang patut dijadikan referensi dalam menelusuri jejak perjalanan Kampar mulai dari sebelum dan setelah Indonesia merdeka. Sejauh ini bukanlah urusan yang mudah untuk menemukan literature yang bersifat ke-sejarah-an mengenai Kampar.

Ada banyak hal yang dikupas oleh penulis dalam buku ini. Masnur sepertinya hendak menampilkan aspek-aspek penting dalam perkembangan Kampar sebagai salah satu Kabupaten tertua di Riau. Di satu bagian dia menukilkan sejarah Kampar secara singkat namun padat. Di bagian lain penulis turut memberikan penilaian atas perjalanan demokrasi, budaya dan politik kontemporer di Kampar.

Seperti judulnya, maka ikhtiar penulis patut kita hargai sebab upaya “membaca” tentunya bukanlah pekerjaan mudah. Proses “membaca” apalagi membaca sejarah dan kemudian merumuskan prediksi masa depan jelas pekerjaan rumit dan menuntut ketelitian. Oleh karena itu sebagai salah satu sahabat dekatnya, saya menyambut baik penerbitan buku ini sebagai upaya pengkayaan khazanah keilmuan dan penyebarluasan informasi bagi masyarakat melalui media buku dalam rangka bentuk partisipasi memajukan pembangunan. Selamat dan Sukses untuk Kampar!"

Prof. Andrew White
Professor Ilmu Hukum pada Singapore Management University