Friday, October 26, 2012

Mengutuk Demokrasi Sampul


Seperti apa wujud demokrasi kita? Demokrasi kita hanyalah sampul berwarna yang tak kita pentingkan isinya. Kita jamu dan kenyangkan para pejabat tapi kemudian kita abaikan rakyat. Praktek yang mana sama halnya dengan khusuk melaksanakan sholat Iedul Adha tapi shalat subuh tak dikerjakan. Itulah wajah demokrasi kita. 

Kita membiarkan diri menjadi bangsa yang menghormati demokrasi, namun tanpa kesadaran dan hikmah demokrasi. Kita memuja demokrasi tanpa kemantapan untuk mengapresiasi inti dari berdemokrasi.  

Bangsa yang sangat tampak secara matang sedang menjalankan demokrasi, namun hampir tak terdapat perilaku demokrasi yang sejati. Tak ada hubungan mendasar antara cara kita berdemokrasi dengan hasil demokrasi yang kita tuai. Kita gagal paham makna demokrasi.

Kita pilih langsung pemimpin nasional hingga pemimpin daerah. Tapi tak sekalipun terlihat buah demokrasi atas pilihan  kehidupan berdemokrasi itu dengan alamiah membawa kemenangan untuk rakyat. Rakyat justru menjadi diperalat atas nama demokrasi. Mereka dibodohi, dikuliti dan diberi racun yang berbungkus label indah demokrasi. 

Demokrasi kita baru sebatas kaos parpol, spanduk-spanduk, gambar muka yang dipoles perangkat lunak teknologi informasi. Demokrasi sampul mengedepankan CITRA. Dan seperti kata Emha Ainun Nadjib, - Pen “citra” an, apakah gerangan ia kalau bukan dusta? Siapakah yang memamerkan wajahnya,selain sahabat dan kekasih Iblis?"

Demokrasi kita hanyalah sebatas angka survey, setoran-setoran dan virus media informasi. Lalu gagaplah para pemain demokrasi. Ada derita kelaparan yang dikirim kantong darah dan pakaian, pesawat tempur yang jatuh kita disibukkan dengan tentara yang beringas, TKI terancam dieksekusi kita sibuk berdebat di televisi hingga peti jenazah akhirnya terisi jasad kaku. Kita tak pernah mengutuk demokrasi sampul, tapi memberhalakannya. Lupa pada nilai bahwa demokrasi sejatinya hanyalah alat bukan sampul. 

Padahal dalam teori demokrasi, rakyat selalu tertinggi, Presiden dan menteri-menteri serta anggota MPR-DPR-DPD hanyalah orang yang kita upah dan harus taat kepada kita. Sebab, seperti juga dikatakan Emha, "Demokrasi adalah makhluk terindah hasil karya ummat manusia selama peradaban." Kita tak bisa menolak nilai demokrasi karena sudah jadi nilai universal. tapi sibuk memoles sampul tapi abaikan inti dari ajaran demokrasi sama saja meludahi muka sendiri.

Bantul, 26 Oktober 2012.