Friday, March 23, 2007

"Metamorfosa Indomelb dan Pak Lurah Yang Belum Ber'BuLu"


source: multiply-nya kang adeu

Mungkin hari ini kita membuat sejarah, dan menyaksikan Indomelb bermetamorfosa. Sudah lama kita punya rumah dan sudah lama pula rumah itu kita singgahi, kita ramaikan dengan pelbagai sorak-sorai, tingkah pola dan kekonyolan. Bersyukur pada Tuhan, kini kita sudah pula punya lurah, tempat kita menyandarkan banyak harapan. Lagu asa yang dibalut semangat kebersamaan itu telah kita dengarkan lantunannya di sini. Ada kawan-kawan yang merekam setiap momen dalam bentuk gambar tak bergerak -baca: warkop photografi-, ada yang resah dengan jodoh antah berantah -terutama lurah baru-, ada yang berkeluh kesah -baca:curhat-, bahkan sumpah serapah -no comment deh buat yang satu ini. Namun itulah bumbunya dan pada lurah baru itulah tempat kita merengek minta dimanja.




Bagi saya Indomelb adalah sebuah melankoli. Betapa tidak, Indomelb adalah tempat saya memijar kepenatan kuliah dengan senyuman, canda dan tawa. Belajar tentang makna pertemanan. Setuju ataupun tidak, bagi saya berteman seperti meretas jalan menuju kearifan. Sebab dari sanalah saya sadar betapa mustahilnya saya menjadi manusia egois yang merasa tak butuh orang lain. Sungguh, di atas makna pertemanan itulah saya menjadi lebih sempurna menjadi manusia.


Kita memang tidak akan selamanya di sini, karena Melbourne bagi kita hanya semacam pelabuhan sementara. Kita sementara tinggal dan hidup di sini demi -tentu saja- kehidupan yang lebih baik. Jika Melbourne tempat sementara melabuh, maka tidak begitu dengan Indomelb. Ia sudah menjadi semacam gambar rumah yang ditatap dengan keyakinan, dikonsep dengan keberagaman serta dipaku dengan semangat kekeluargaan. Dan di sana, saya berani berucap bahwa di sini kita tidak akan pernah merasa asing. Ia begitu ramah menyapa kita setiap saat dengan canda dan senyum terkulum.



Begitulah. Sesuatu telah berubah, memang. Kita sadar dan tahu itu. Saya tak akan mengatakan hal yang baru jika saya menuliskan ucapan selamat bertugas dan mengemban amanah buat lurah baru tercinta (Mode background walting matzilda song On). Tapi apa mau dikata. Tak selamanya kita bisa berjalan tanpa merasa butuh pemimpin baru. Meski hanya sedikit yang merasa perlu untuk itu, namun penghormatan buat mereka yang peduli layak kita sematkan. Kita angkat topi dengan semangat mereka. Terima kasih kawan...


Kembali ke lap top (Mode Tukul Fans Club On)


Indomelb --yang sebenarnya berisi keragaman tak tepermanai, beranggotakan manusia-manusia jenius yang rumit-- telah pula kita lengkapi dengan perkakas baru. Pak Lurah. Saya jadi ingat sesuatu. Kata sepadan yang sering menemani kata "Pak" tentu adalah "Bu". Saya jadi ingat lurah saya di kampung halaman. Kemana saja beliau selalu ditemani seorang perempuan yang biasa kami panggil "BuLu" alias Bu Lurah. Tapi beliau tidak pernah marah meski kita panggil dengan sebutan "BuLu". Toh ia memang seorang Bu Lurah. Tapi lurah saya yang baru di Indomelb sayang sekali belum punya "BuLu". Hei.. jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu. Lurah kita sudah dewasa, tentu dia butuh seorang "BuLu". Untuk itu mari kita sambut Pak Lurah baru kita dengan menengedahkan tangan sambil berdoa. "Semoga segera menemukan "BuLu", Pak Lurah." Tentu dengan semangat baru karena Laler pun tidak pernah lupa kata "bulu". :) He he he.. Laler berbulu ngk sih? Au ah, gelap...


Ah sudahlah. Musim gugur sudah akan datang. Saya tutup saja catatan ini. Tak lupa pula saya ucapkan: "Dengan atau tanpa BuLu, Selamat Berlayar kapiten!!!.



Carlton, 24 Maret 2007.


No comments: